Kusimpan Tangis dalam Saku Celana dan Puisi Lainnya Karya Bintang Prakasa

Ilustrasi Kusimpan Tangis dalam Saku Celana (www.pinterest.com)

Jakarta dibuat Dari Puing-puing Kesedihan

Jakarta seperti seorang ibu yang menangis. karena tak mampu melihat tumbuh kembang anaknya. kiamat telah menjemputnya terlalu cepat. seperti puing-puing kesedihan yang berserakan di kepala. ia tumbuh dengan rasa takut dan getir. hanya luka dan sepi yang menemaninya selama ini. begitulah jakarta seperti seseorang yang ditinggal pergi kucing kesayangannya.

 

Sendok Pada Pukul Tujuh

hari senin pukul tujuh. sendok mengajakku berdansa. di atas piring berisi nasi dan sedikit garam. hujan juga turut membasahi kejadian tersebut. aku mulai tenggelam dalam keadaan. setengah jam kemudian aku ambruk. setelahnya aku merasakan ada getir dan lapar yang mengakar. menempel pada manusia-manusia yang berlari di atas keyboard laptop. tanpa sadar ternyata aku sedang dikunyah bersama nasi dan sedikit garam yang telah kulihat sebelumnya.

 

Kusimpan Tangis dalam Saku Celana

dari cikini, manggarai, hingga setiabudi aku membawa tangis yang berceceran dari kepala, telinga, muka, dan mengendap dalam saku celana. kemudian angin menusukku dengan pelan seperti akuarium yang terbengkalai hanya diisi sarang laba-laba. dalam gemetar aku mencoba membasuh segala peluh, taruh, dan keluh yang terjadi di hidupku pada lampu merah dekat halte galunggung. kutaruh segala keputusasaan yang merongrong di kepalaku sambil berusaha menembus sebuah hutan yang dipenuhi duka, luka, dan kematian.

 

Baca Juga: Namamu di Halaman Terakhir dan Puisi Lainnya Karya Fida Amarza

Bintang Prakasa

Bintang Prakasa

Saya Bintang Prakasa, manusia kelahiran 2003 di Jakarta yang sedang membiasakan diri untuk menulis dan membaca. Dapat disapa melalui instagramnya @bintangprakasaa.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *