Lelaki Tidak Bercerita, Tapi Main Catur di Jalanan Malioboro


Lelaki Tidak Bercerita, Tapi Main Catur di Jalanan Malioboro

Riuh di kota Malioboro menarik perhatian saya pada Jumat (22/11/2024) malam WIB. Saya mendatangi Malioboro. Hujan rintik mulai turun perlahan ketika saya tiba. 

Saya mendatangi Malioboro bersama seorang teman. Dia meminta saya untuk mengenalkan Jogja. Dia baru dua minggu bekerja di Jogja. Sedang saya, sudah lima bulan melanglang buana mencari bahan liputan di Malioboro. 

Akhirnya dia mengajak saya ke sana, sebelum saya menuntaskan magang dan kembali ke Surabaya. Kami berjalan di tengah gerimis, membelah keramaian untuk mengobati kegabutan kami.

Cukup lama kami berjalan, saya menuju ke Indomaret untuk membeli rokok. Sedangkan teman saya menunggu di depan. Dia melihat seorang wisatawan sedang bermain catur di depan Indomaret itu.

“Banyak yang buka jasa main catur, ya, di sini,” celetuk teman saya. 

Memang saya sering melihat banyak orang yang bermain catur di sepanjang trotoar Malioboro. Namun, saat itu, saya mengamati betul pertarungan sengit seorang pria paruh baya melawan si penantang catur. 

Menyaksikan bermain catur di sepanjang Malioboro

Lama-lama, catur jalanan di depan Indomaret Malioboro itu dipenuhi para lelaki yang berhenti sejenak untuk melihat pertandingan catur jalanan itu. Saya dan teman saya termasuk salah satunya. 

Sedang para pemain sangat fokus memikirkan langkah pion. Sementara jam catur masih terus berjalan. Para pemain itu seperti tak menyadari sudah banyak lelaki bergerombol menyaksikan catur jalanan itu. 

Sambil menerka-nerka, saya berpikir apakah memang biasa seramai ini? Padahal hanya seonggok permainan catur. Namun, banyak pria yang menontonnya. Sepanjang trotoar Malioboro, hanya tempat ini yang terlihat bergerombol. Bahkan, pelanggan yang akan masuk ke Indomaret pun terhalang oleh kerumunan.

“Lelaki tidak bercerita, tapi nonton catur di Malioboro,” kata Bagas, melihat kerumunan pria yang menyaksikan catur jalanan.

Menjajal rasanya bermain catur jalanan Malioboro

Jam catur tersisa lima menit masing-masing pemain. Tapi permainan sudah usai. Penantang harus menelan kekalahan melawan pria paruh baya pemilik catur.

Saya bergeser sedikit, melihat seorang pria lain yang tengah duduk di depan papan catur yang sudah berdiri banyak pion itu. Di tengahnya, ada tulisan “Tiga langkah mati”, yang berarti pria itu membuka tantangan kepada pedestrian yang mampu men-skakmat pionnya tanpa lebih dari tiga langkah. 

Saya menghampiri pria itu. Melihat dahulu penyusunan pionnya yang tentu sangat rumit untuk saya pahami sebagai pecatur pemula. 

“Kalau main biasa bisa, Mas,” ujar pria itu, yang diketahui namanya Edi (47).

Saya tertantang. Sebab melihat permainan tadi membuat saya merasa bisa bermain dengan bagus, meskipun bisa dibilang saya hampir tak pernah menyentuh papan catur selama setahun terakhir. Permainan diawali dari putih, saya. Karena tak piawai, saya meminta untuk bermain tanpa jam catur. 

Lama-lama saya melihat orang-orang juga mulai berdatangan melihat saya bermain dengan Edi. Rasanya, seperti sedang turnamen yang ditonton oleh banyak orang. Jadi setiap langkah yang saya lakukan, terasa jadi beban karena pasti ada orang yang menganggap saya blunder

Tapi setelah sepuluh menit saya bermain, akhirnya tuntas juga. Saya kalah. Ternyata gelar catur jalanan di Malioboro bukan hanya pajangan saja.

Para pemenang catur yang menyalurkan hobi jadi uang

Seusai pertandingan, saya mengobrol dengan Edi. Dia pria yang pernah mengikuti lomba catur tingkat RT atau lokal. Melihat cara dia bermain, saya yakin saja. Tiap langkahnya sangat terlihat jika dia bukan orang yang newbie.

“Jadi, di sepanjang Malioboro ini semuanya hobi catur. Pernah ikut lomba juga, Mas,” ungkap Edi saat saya wawancarai, Jumat (22/11/2024) malam WIB.

Edi mengenal semua pemain catur jalanan di Malioboro. Tapi, yang menurutnya paling jago di antara yang lain ialah pria yang bermain di depan Indomaret Malioboro itu. Saya sepakat. Sebab caranya bermain sudah seperti grandmaster bagi saya yang seorang pemula. Dewa Kipas mungkin bakal kalah.

Selain bermain catur biasa, Edi juga menyediakan tantangan catur “Tiga langah mati” dengan biaya Rp10 ribu sekali coba. Jika berhasil, penantang akan mendapatkan tiga bungkus rokok. Jika kalah, ya sudah. Belajar lagi.

Peraturannya namun cukup rumit jika untuk pemula. Penantang tak boleh melangkah lebih dari tiga kali. Lalu, penantang juga tidak boleh sampai remis. Itu yang membuat banyak orang gagal dalam sekali coba. 

“Tapi, kemarin juga ada dua orang yang berhasil menyelesaikan tiga langkah mati ini,” bebernya. 

Jika dihitung, dari 20 orang penantang mungkin hanya satu orang yang berhasil menyelesaikan tantangannya. Edi mangkal di Malioboro jam 7 malam sampai jam 10 malam. Saya pikir lumayan keuntungannya untuk dijadikan pekerjaan sampingan. Hobinya bisa dijadikan cuan lewat permainan seperti ini.

Sebelum saya beranjak, rupanya ada penantang yang ingin mencoba catur tiga langkah mati. Saya menonton. Tapi baru sekali langkah, dia sudah mendapatkan remis. Penantang itu kecewa, tapi cukup tertarik untuk menyelesaikan tantangan itu di lain waktu. Lagi-lagi, teman saya berceletuk.

“Laki-laki tidak bercerita, tapi main catur jalanan di Malioboro.”

 

Penulis: Muhammad Ridhoi

Editor: Imam Gazi

Muhammad Ridhoi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *