Kereta lokal memang menjadi favorit banyak orang karena harganya yang terjangkau dan ekonomis. Transportasi ini sangat membantu masyarakat, terutama untuk perjalanan jarak jauh dengan biaya minim.
Kereta lokal sebenarnya punya banyak manfaat. Transportasi ini mampu mengurangi kemacetan dan polusi udara dibandingkan kendaraan pribadi atau bus. Dengan daya angkut yang besar, kereta lokal menjadi pilihan ramah lingkungan yang mendukung mobilitas ekonomi, baik untuk penumpang maupun pengangkutan barang. Namun, sayangnya, regulasi yang ada belum sepenuhnya memberikan rasa nyaman bagi penumpangnya. Inilah alasannya yang membuat saya lebih memilih membatalkan perjalanan jika tidak benar-benar mendesak. Kalaupun dalam kondisi darurat, saya lebih memilih mencari transportasi lain yang lebih nyaman dan aman.
Tiket Kereta Lokal yang dijual Tidak Sesuai Jumlah Kursi di Kereta
Penjualan tiket kereta lokal yang melebihi jumlah kursi tersedia masih menjadi masalah yang sering dihadapi penumpang. Praktik ini sering kali menimbulkan ketidaknyamanan, mulai dari kereta yang penuh sesak hingga perjalanan yang jauh dari aman. Padahal, kereta lokal seharusnya menjadi alternatif transportasi yang nyaman dan efisien bagi masyarakat.
Saat ini, PT KAI menerapkan regulasi kapasitas penumpang kereta lokal hingga 150%, yang berarti 100% penumpang mendapatkan kursi, sementara 50% sisanya harus berdiri. Ironisnya, meskipun kondisinya berbeda, harga tiket yang dikenakan tetap sama. Di Pulau Jawa, tiket kereta lokal memang dijual dengan harga terjangkau, mulai dari Rp 4.000 hingga Rp 12.000. Namun, rendahnya harga tidak seharusnya mengorbankan kenyamanan dan keadilan bagi penumpang yang harus berdiri sepanjang perjalanan.
Kalau kereta lokal memang ditujukan sebagai angkutan massal, bukankah sudah seharusnya fasilitasnya dapat ditingkatkan. Seandainya jika desainnya diubah menjadi seperti KRL, dengan lebih banyak ruang untuk berdiri dan kursi yang tidak mendominasi. Penumpang yang berdiri pun tetap punya space yang nyaman, tanpa perlu berdesakan atau berebut kursi. Dengan pembaruan seperti ini, kereta lokal bisa benar-benar menjadi transportasi andalan yang nyaman untuk semua orang. Tidak hanya memudahkan mobilitas, tapi juga mengurangi tekanan di jam sibuk.
Naik Kereta Lokal banyak Dramanya
Menjadi menyenangkan ketika melakukan perjalanan menggunakan kereta, karena bisa menikmati pemandangan alam yang asri terutama di daerah Jawa Timur. Namun, dibalik kenikmatan itu, tetap ada saja dramanya. Banyak penumpang sering kebingungan saat naik kereta, terutama saat mencari tempat duduk sesuai tiket.
Ketika penumpang mulai masuk ke dalam kereta, suasana sering kali jadi penuh sesak. Semua orang bergegas menuju kursi masing-masing, di mana beberapa penumpang, terutama ibu-ibu, enggan duduk sesuai nomor kursinya dengan alasan kursinya terlalu jauh dari pintu, dan mereka lebih memilih kursi kosong yang lebih dekat. Padahal, informasi tentang urutan kursi biasanya sudah tertulis di badan kereta, tepat di pintu masuk setiap gerbong. Misalnya, di gerbong tiga, pintu depan (yang berada di belakang gerbong dua) biasanya untuk kursi nomor 1-12. Sementara itu, pintu belakang gerbong tiga (depan gerbong empat) melayani kursi nomor 13-24.
Jadi, kalau tempat duduk kalian nomor 14, lebih baik naik dari pintu belakang gerbong tiga. Dengan begitu, kalian bisa langsung menemukan kursi tanpa harus berjalan jauh dan berdesakan di dalam kereta. Tips kecil ini nggak cuma bikin perjalanan lebih nyaman, tapi juga membantu alur penumpang jadi lebih tertib.
Sebentar lagi saya turun, kok!
Drama selanjutnya adalah ketika ada penumpang yang tidak kebagian kursi malah dengan santainya duduk di kursi orang lain. Ketika pemilik kursi datang, bukannya segera berdiri, mereka justru beralasan, “Sebentar lagi saya turun, kok.”
Drama seperti ini sering kali terjadi. Kemudian selanjutnya para penumpang yang dapat kursi tapi terpisah dari rombongan. Jadilah adegan pindah-pindah tempat duduk yang bikin ribet, dari yang nggak mau pisah gerbong sama keluarga, sampai yang ngotot duduk bareng anaknya. Akhirnya, penumpang lain harus rela bergeser-geser tempat duduk.
Belum cukup sampai disitu, banyak penumpang berdiri yang memadati lorong atau duduk di depan toilet, menyulitkan orang yang mau turun dari kereta atau ke toilet. Barang bawaan pun sering memenuhi rak, kolong kursi, hingga lorong, mengganggu kenyamanan dan menghambat pergerakan, termasuk bagi pramuniaga yang keliling menawarkan makanan. Meski perjalanan kereta menyenangkan, drama seperti ini kerap bikin pengalaman jadi kurang nyaman.
Waktu Tempuh Naik Kereta Lokal Lebih Lama daripada Transportasi Lainnya
Kereta lokal Penataran Dhoho jurusan Malang-Surabaya membutuhkan waktu tempuh sekitar 3 jam lebih. Bagi yang punya urusan mendesak atau harus bekerja tepat waktu, perjalanan ini jelas terasa lama. Apalagi jika dibandingkan dengan moda transportasi lain, seperti bus antarkota patas yang melalui jalan tol. Dengan harga tiket sekitar Rp 35.000 per orang, bus hanya membutuhkan waktu tempuh sekitar 1 jam, jauh lebih cepat dan praktis.
Setiap jenis transportasi, termasuk kereta lokal, punya kelebihan dan kekurangan. Semua tergantung cara kamu memandangnya. Kalau tujuannya menghemat biaya, kereta lokal bisa jadi pilihan terbaik, meskipun harus siap dengan sedikit drama, dari suasana penuh sesak hingga waktu tempuh yang lebih lama. Tapi, kalau lebih mengutamakan efisiensi waktu dan kenyamanan, transportasi lain seperti bus patas atau kendaraan pribadi mungkin lebih cocok, meskipun tarifnya sedikit lebih mahal.
Saya pribadi, kalau nggak dapat kursi kereta lokal, biasanya saya lebih pilih batal pergi atau cari transportasi lain demi kenyamanan dan supaya nggak mengganggu penumpang lain. PT KAI perlu segera menangani hal ini supaya perjalanan jadi lebih nyaman dan aman untuk semua orang, seperti menambah rangkaian gerbong atau menambah jadwal keberangkatan. Hal ini dapat menunjang operasional kereta agar bisa lebih lancar dan keberangkatan lebih tepat waktu tanpa hambatan.
Penulis: Nuruma Uli Nuha
Editor: Muhammad Ridhoi
BACA JUGA: Shio Ular Kayu: Belajar dari Hidup si Ular Kayu yang Penuh Makna