Hari-hari Sebagai Buah dan Puisi Lainnya Karya Wayan Esa Bhaskara

Ilustrasi Sajak-sajak Wayan Esa Bhaskara (www.pinterest.com)

HARI-HARI SEBAGAI BUAH

buah apa yang setia menunggu hujan

apakah warnanya akan lebih cerah,

ataukah rasanya menjadi lebih pekat?

 

buah apa yang tekun

merindu badai?

mencatat segala angan

yang terus hidup sepanjang hari

 

adakah buah paling bahagia

bersua matahari,

seperti sejoli jatuh hati?

 

aku baru saja berandai-andai menjadi buah

namun tetap

tak mampu menjawab

mana yang lebih dirindukan

matahari, badai, ataukah hujan?

mungkin, sebab hidup sungguh tak sanggup sendiri

 

2024

 

HARI-HARI MENJADI MALAM

yang berikutnya

adalah sepanjang malam

yang tak pernah tuntas dalam cinta

ia menyukai mendung

tetapi membenci awan

kunang-kunang sampai

bingung akan kerandomannya

 

bulan seperti orang

sedang menunggu

seteguk waktu

termangu sedikit pilu

tak tentu

 

kepada petang tak kunjung pulang

sesekali ia menyalami

tangan-tangan cakrawala

 

air jatuh mengecup tanah

dan membawanya pergi

pada rindu paling serius

 

bintang mengerling

seperti gadis pemikat kekasih

 

namun kehidupan

memang terasa kecut

tentu tuhan tak akan menyesal

meski cinta, tak tertinggal jejak-jejaknya

 

2024

 

HARI-HARI TAK BISA TIDUR

setelah beribu malam

aku akhirnya bertanya:

 

jika cinta tak bisa tidur

akankah ia lelap

pada secarik janji

kau baca berkali-kali

 

jika cinta tak bisa tidur

apakah ia bisa menjaga

atma tetap presisi

dari rayuan bidadari

berbisik genit

 

jika cinta tak bisa tidur

mungkinkah tetap senyap

daripada berkata-kata

seperti orang ngelindur

tentang cuaca yang tak

tepat diramal BMKG

 

jika cinta tak bisa tidur

bak kelelawar buah menggelantung

lalu mencoba lagi

menghitung domba

meski mata panas, bak ceruk jurang naas

air mata bermuara

getir, samar

 

2024

 

HARI-HARI FOTOKOPI RINDU

kupesan kopi di pantry

pada seorang teman:

si paling ngantuk tapi baik

 

di sudut kantor

kutunggu gambar-gambar

hitam putih keluar

dari mesin fotokopi

sambil sesekali

menyeruput kopi

betapa pelan langkah

lembar demi lembar kertas itu

 

kita tak akan bertahan dua tiga abad

lagi tuk berbagi cerita

maka sepotong kopian foto dan

memori kalimat-kalimatmu

dalam miniatur dan replika

ingatanku

 

kulipatgandakan

agar tak tergusur umur

 

kucium robusta pupuan

dari ujung cangkir ini

membawaku menatap jauh

kita yang tahu

bahwa waktu tak akan mengulur waktu

 

2024

 

Baca Juga: Selodiri dan Puisi Lainnya Karya M. Najibur Rohman

Wayan Esa Bhaskara

Wayan Esa Bhaskara

Wayan Esa Bhaskara bergaul di Komunitas Mahima, Singaraja. Ia menulis puisi berbahasa Indonesia dan Bali. Puisinya termuat di belasan antologi bersama, media cetak, dan daring. Buku terbarunya Sajak-sajak Menjelang Subuh (SIP Publishing, 2023) Instagram @esabhaskara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *