Menerjemahkan Dunia Magis Igo dalam Mistik Bulan

Menerjemahkan Dunia Magis Igo dalam Mistik Bulan

Kumpulan puisi berjudul “Mistik Bulan” karya Ahmad Rofiq Wahyudi, atau biasa disapa Igo, terpilih dibincangkan oleh Majelis Sastra Urban pada Selasa (21/01/2024). Membaca puisi-puisi ini seperti menghidupkan pengalaman batin manusia yang terperangkap dalam dimensi waktu dan ruang yang tak terbatas. Saya mencoba melihat dari sudut pandang surealisme magis, sebagai sebuah bentuk ekspresi yang mengaburkan batas antara kenyataan dan imajinasi, hadir dalam karya ini dengan penuh intensitas, membawa pembaca menyelami dunia yang penuh dengan simbolisme, ketegangan emosional, serta penggambaran hal-hal gaib yang tidak terjangkau oleh logika.

Saya mencoba membaca kumpulan ini melalui tiga puisi yang menurut saya mewakili keseluruhan puisi-puisi yang ditulis oleh Igo melalui puisi berikut: Mistik Bulan, Jembatan Dadamu, dan Tempat Kembang Menepikan Pelayat. Igo membentuk sebuah realitas yang berada di antara dunia nyata dan dunia mimpi, di mana kehidupan, kematian, dan takdir saling bersentuhan dalam suasana yang penuh dengan misteri.

Mistik Bulan jadi citra utama dalam puisi karya Igo

Saya akan memulainya melalui puisi Mistik Bulan yang dijadikan judul kumpulan ini. Penyair menggunakan bulan sebagai simbol utama yang menghubungkan dunia manusia dengan dunia yang lebih tinggi atau lebih gelap. Bulan dalam puisi ini bukan hanya sebuah objek langit yang biasa, melainkan menjadi entitas magis yang berpendar di tengah kekosongan, yang seakan- akan mengungkapkan rahasia-rahasia yang tersembunyi.

Dalam baris “ bulan berpendar meyakinkanku orang-orang mengakali waktu seperti kekasih di balik jendela memenuhi ajal,” bulan bukan hanya sekadar fenomena alam, melainkan sebuah kekuatan yang mengalirkan pesan-pesan tentang pengkhianatan waktu, tentang bagaimana manusia mengubah nasib dengan cara yang tidak tampak.

Di balik cahaya bulan yang temaram, penyair menggambarkan “ tubuhmu bergoyang pada takdir” dan “rambutmu menjadi ilalang,” menciptakan gambaran surealis tentang tubuh yang tidak lagi berada dalam pengertian fisik semata, tetapi mengalir dan mengabur dalam waktu dan ruang yang tidak terbatas. Rambut yang berubah menjadi ilalang menunjukkan pergeseran identitas yang magis, sesuatu yang hidup dan menyatu dengan alam sekitar, mencerminkan transformasi yang tak terhindarkan.

Penggunaan bulan sebagai simbol dalam puisi ini menciptakan kesan bahwa puisi ini adalah jendela menuju dunia yang lebih tinggi, di luar batasan manusia. Dalam dunia ini, waktu dan ruang tidak lagi relevan. Keabstrakan ini menciptakan suasana yang misterius, di mana tak ada yang dapat dijelaskan secara rasional, tetapi justru semakin menambah kedalaman makna. Igo seperti mengajak pembaca untuk melihat realitas dari sudut pandang yang lebih luas dan magis, di mana kenyataan dan mimpi menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Jembatan Dadamu sebagai simbol penderitaan dalam perjalanan spiritual

Puisi kedua, Jembatan Dadamu, melanjutkan eksplorasi dunia batin yang penuh kecemasan dan keheningan. Dalam puisi ini, jembatan menjadi simbol perjalanan spiritual yang melintasi kesendirian dan penderitaan. Igo menggambarkan / di sepanjang jembatan dadamu sunyi meledakkan rasa cemas / menciptakan gambaran bahwa jembatan ini bukan hanya sebuah struktur fisik, melainkan jalur batin yang harus dilalui oleh “aku” untuk mencapai pemahaman tentang dirinya dan dunia di sekitarnya.

Jembatan ini juga bisa dianggap sebagai sebuah penghubung antara dunia nyata dan dunia yang lebih gaib. Lalu pada baris masa lalu mengimbali kelicikan pada tanah yang asali menggambarkan pengaruh kenangan yang terus hadir, seolah-olah mengingatkan kita pada dunia yang lebih kelam dan tidak bisa dilupakan. Penyair menciptakan sebuah ruang di mana mimpi-mimpi menghilang di ujung cakrawala menggambarkan proses pembersihan spiritual atau pencarian jati diri yang berujung pada hilangnya harapan atau arah.

Namun, ketegangan batin dalam puisi ini tidak terlepas dari unsur magis, di mana bintang- bintang yang tak mengenal teduh dan cahaya menyimpan bara licik di lingkar matamu membawa kita pada gambaran dunia yang tidak dapat dipahami sepenuhnya, sebuah dunia yang penuh dengan kontradiksi dan kebingungannya sendiri. Dalam dunia surealis magis ini, bintang-bintang dan cahaya menjadi agen yang membawa kita lebih dekat pada kesadaran yang lebih tinggi, namun juga semakin jauh dari pemahaman yang mudah. Citra seperti ini membangkitkan rasa kesunyian dan ketidakpastian yang menjadi tema sentral puisi tersebut.

Tempat Kembang Menepikan Pelayat, sebuah puisi kematian karya Igo

Puisi ketiga, Tempat Kembang Menepikan Pelayat, membawa tema kematian dalam konteks yang lebih simbolis dan magis. Penyair menggambarkan dunia di mana hidup dan mati menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Dalam baris / yang memancarkan seteguk air mani / Igo mengacu pada kehidupan dan kelahiran, sementara dalam baris / kini menjadi bahtera si malaikat / terdapat gambaran tentang kematian yang sudah dekat. Puisi ini memperlihatkan dualitas kehidupan dan kematian dalam konteks yang filosofis, bahwa keduanya adalah bagian dari siklus yang abadi, sebuah pengulangan yang terus terjadi dalam dimensi yang tak terbatas.

Dunia surealis magis di sini lebih terasa saat penyair menggambarkan diri yang meledak di angkasa tanpa balutan angin sebuah gambaran tentang kebebasan yang datang setelah kematian. Kehidupan yang terlepas dari ikatan dunia fisik memberi gambaran tentang transcendensi, di mana tubuh tak lagi terikat pada hukum-hukum alam, dan bisa melayang bebas di angkasa. Penyair tampaknya menekankan bahwa dalam kematian, ada kebebasan yang sesungguhnya, jauh dari batasan waktu dan ruang yang mengikat kehidupan.

Lebih lanjut, penggunaan simbol tempat kembang menepikan pelayat juga memberi nuansa magis yang kental. Di sini, bunga menjadi simbol kematian, tetapi juga kehidupan yang terus tumbuh, terlepas dari pelayat atau orang yang datang untuk mengingatkan kita tentang kematian. Gambaran ini menciptakan kesan bahwa meskipun dunia ini penuh dengan ritual dan kematian, ia tetap merupakan bagian dari siklus kehidupan yang abadi dan tak terhindarkan.

Mistik Bulan karya Igo menghadirkan esensi puisi kelam

Hal yang menjadi kekuatan lain yang dimiliki oleh puisi-puisi dalam Mistik Bulan adalah bagaimana Igo berhasil menciptakan atmosfer yang magis dan penuh dengan simbolisme. Dunia yang dibangun di sini adalah dunia yang suram, penuh dengan ketidakpastian, dan banyak elemen-elemen magis yang saling berbaur seperti bulan, jembatan, pohon, dan bunga. Semua berfungsi sebagai simbol yang memperkaya pengalaman batin penyair. Dengan menggunakan simbol-simbol ini, Igo berhasil menggabungkan realitas fisik dengan dunia batin yang lebih abstrak, memberi pembaca gambaran tentang bagaimana pikiran dan perasaan kita terhubung dengan dunia yang lebih besar dan lebih misterius.

Namun, keindahan puitis yang ditawarkan oleh puisi-puisi ini sering kali datang dengan kekurangan dalam hal kejelasan. Penggunaan simbolisme yang sangat kental dan metafora yang berlapis-lapis kadang membuat pesan yang ingin disampaikan menjadi kabur. Sebagai pembaca, kita harus siap untuk berhadapan dengan teks yang tidak langsung memberikan jawaban atau makna yang mudah dimengerti. Inilah yang menjadi tantangan utama dalam membaca puisi-puisi ini. Setiap baris, setiap kata, membawa beban makna yang harus digali lebih dalam, namun tidak semua pembaca siap untuk memasuki ruang batin yang begitu kompleks ini. Beberapa pembaca mungkin merasa tersesat dalam labirin kata-kata dan gambar- gambar yang terlalu sulit untuk dicerna.

Manuskrip Mistik Bulan adalah karya yang menantang. Meskipun penuh dengan keindahan dan kekuatan ekspresif, karya ini juga memiliki lapisan-lapisan makna yang sulit dijangkau, terutama bagi pembaca yang menginginkan pemahaman yang lebih langsung. Dengan kata lain, Mistik Bulan adalah sebuah karya yang mengajak kita untuk tidak hanya membaca, tetapi juga merasakan dan berpikir dengan cara yang berbeda. Bagi mereka yang siap menerima tantangan ini, penyair memberikan pengalaman yang mendalam dan memikat, meskipun bukan tanpa kebingungan. Tetapi itulah keindahan dari karya ini; sebuah dunia yang penuh dengan misteri, dan hanya mereka yang berani untuk melangkah lebih jauh yang akan menemukan makna sejatinya.

Penulis: Adnan Guntur
Editor: Muhammad Ridhoi

BACA JUGA: Dialog Malam yang Abadi

Adnan Guntur

One response to “Menerjemahkan Dunia Magis Igo dalam Mistik Bulan”

  1. […] BACA JUGA: Menerjemahkan Dunia Magis Igo dalam Mistik Bulan […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *