Rekayasa Jilid Kedua – Cerpen Karya Yuditeha
Sudah tidak menjadi rahasia rakyat membenci Wibisana. Sebagai Wakil Presiden, seharusnya ia adalah lambang keseimbangan, penenang badai,…
continue reading..
Riuh dalam Senyap – Cerpen Karya Yuditeha
Aku duduk di bangku kayu di tepi sungai berwarna pink keruh, dengan arusnya yang aneh, mengalir dari…
continue reading..
Absen – Cerpen Karya Yuditeha
Hari Rabu di SDN Sukamurni 3 terasa seperti hari yang tak ingin dijemput siapa pun. Matahari datang…
continue reading..
Yang Tak Pernah Dipesan – Cerpen Karya Yuditeha
Mereka duduk di kafe kecil di sudut Jalan Suryodiningrat, yang tampak seperti persilangan antara studio lukis dan…
continue reading..
Puzzle – Cerpen Karya Yuditeha
Aku menyusun potongan terakhir dari puzzle itu dengan hati-hati. Gambar pantai kecil dengan matahari tenggelam tampak sempurna.…
continue reading..
Ketika Balita Jengkel – Cerpen Karya Yuditeha
Apa yang saya katakan bukan pemikiran dari balita yang saat ini sedang dalam gendongan ibunya. Jadi kalian…
continue reading..
Bekal Terakhir – Cerpen Karya Yuditeha
Malam ini suamiku akan kembali berangkat berlayar. Baju bersih dan perlengkapan miliknya sudah kumasukkan ke koper. Empat…
continue reading..
Satu Sentimeter dari Luka – Cerpen Yuditeha
Gerimis turun dengan malas. Langit tampak ragu-ragu, seakan sedang mempertimbangkan apakah layak mencurahkan seluruh kesedihan ke kota…
continue reading..
Ayah Tidak Mati, Ia Membatu – Cerpen Karya Yuditeha
Pagi di Desa Seroja datang seperti biasa, lamban, sedikit berdebu, dan terlalu tenang untuk disebut hidup. Kabut…
continue reading..
- 1
- 2