Sajak Mabuk dan Puisi Lainnya Karya Wayan Esa Bhaskara

Sajak Mabuk dan Puisi Lainnya Karya Wayan Esa Bhaskara

CERAH MAWAR SUATU WAKTU

kepak sayap burung itu

sudah mahir

menebak arah jatuh

kelopakmu yang merah

secerah darah

bila antara mereka

sejauh itu tetap sanggup

berpagut jua

 

kita pun bisa

menghapus umpama

 

cerah warnamu, menusuk bola matanya

pagi itu, ia segera menuju

susah payah menembus dingin

mengepak sayapnya

menyingkap duri

 

pertanyaan untuk kita

membulir sepanjang waktu

sepanjang urat nadi

secerah darah

2024

 

SAJAK MABUK

di luas langit malam

dia membiarkan kita

mabuk

“aku akan mampir lagi

ke tubuhmu yang pulen”

 

kita merasa

segala ini bukan dendam

sebab degup jantungmu

jauh lebih tenang

tanpa cemas, tubuhmu tubuhku

 

bahkan sepanjang ingatanku

aku hanya merancau

“tarik aku

dalam sunyi paling larut”

 

di bawah luas langit malam

dia membiarkan kita

berkali-kali mengejang kencang

2024

 

RUMAH DONGENG

konon, ruang-ruang miring ini

terbagi dua kasta

persegi dengan sudut-sudut

sama besar

itu milikmu

 

roti aroma mewah

kopi panas memenuhi meja

bulat di tengah titimangsa

antara kita

 

saban aku mengintipmu

ruap parfum dari lehermu

membawaku mengarungi

museum hawa nafsu

 

sisi milikku

persegi kecil sahaja

pada satu sudut

sepotong ranjang,

yang kau datangi dengan berjinjit

dan tahan napas

sebab gerak tubuh kita

kan buat ia mendecit

 

2024

 

HANYA SEBUAH SORE

kehangatan kedai,

musik sepanjang penantian

menempel pada dinding

 

“telah kuselesaikan segala janji

selanjutnya menjumpaimu”

 

meja-meja kayu

dan kursi persegi

terlihat tua tapi necis

 

“tunggu aku, sampai ketemu”

 

kenangan berkelebat

ingatan-ingatan

tumbuh bak tanaman hias

yang dipajang

di seluruh ruangan

 

kita sama-sama tahu

sepanjang-panjang siang

akan berakhir malam

dan kita hanya memiliki

sepotong sore

sepasang latte

 

setelah itu: sunyi rindu

 

2024

 

CATAT INI

kita mesti catat

kisah ini pada selembar daun lontar

atau secarik tautan digital

agar ia terlempar

dari pergunjingan

 

untuk dibaca kemudian

ilmu pengetahuan masa depan

 

ijin kepada pemilik mata angin:

kita tak akan sanggup

menawar toxic dunia

 

kita mesti catat

jua dalam ingatan

biar ia jadi warisan

atau bahkan jadi senapan

 

2024

 

Baca Juga: Jangan Berharap dan Puisi Lainnya Karya Husain Al Faruq atau kolom puisi lainnya

Wayan Esa Bhaskara Avatar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *