Dipaksa Galau Oleh Bernadya

Dipaksa Galau Oleh Bernadya

“Galau itu nggak ada, kamu cuma kebanyakan dengerin lagunya Bernadya” tulis salah satu konten yang menggunakan lagu Bernadya sebagai backsoundnya. Beberapa waktu lalu, Bernadya merilis album berjudul Sialnya, Hidup Harus Tetap Berjalan dengan delapan track yang membuat saya jatuh hati.

 

Relate di Segala Kondisi

Sungguh, setelah mendengarkan seluruhnya saya dibuat sedih dan larut dalam kisah yang coba dibagikan oleh Bernadya. Mulai dari Sialnya, Hidup Tetap Berjalan hingga Untungnya, Hidup Harus Tetap Berjalan, seluruhnya kompak menceritakan kisah yang lumrah ada di suatu hubungan.

Kalau diumpamakan sebagai barang, saya akan menggambarkan Bernadya sebagai cctv yang merekam dengan jelas dan detail seluruh permasalahan kisah cinta. Benar saja, kedelapan lagunya berhasil menyindir habis-habisan segala macam kondisi hubungan. Bahkan beberapa netizen menyuruh Bernadya untuk stop bernyanyi sebagai bahan candaan karena lagu milik Bernadya dirasa terlampau relate bagi mereka. Saya sempat berpikir siapa orang yang menyakiti Bernadya hingga dia selalu bisa menebak dengan benar rasa sakit yang dialami seseorang dalam menjalin hubungan.

Tidak hanya yang sedang berada di suatu hubungan, bahkan seseorang yang sedang sendiri atau tidak sedang menjalin suatu hubungan turut merasakan sedihnya lagu milik Bernadya. Jujur saja, mendengarkan lagu Bernadya membuat saya ikut merasa galau, sekalipun saya tidak sedang relate dengan kisah lagunya. Mendengarkan saja membuat sedih, apalagi sedang mengalaminya.Hampir semua lagu milik Bernadya cocok dijadikan backsound konten perihal keresahan pada suatu hubungan.

The Power of Bernadya

Bernadya mengungkapkan pada  unggahan Instagram miliknya (@bernadyaribka) bahwa lagu berjudul lama-lama, cocok untuk ada di semua fase. Entah hubungan yang belum dimulai, sudah berakhir, atau sedang berjalan. Tidak heran, bilamana kita semua sedang dipaksa galau oleh Bernadya. The power of Bernadya berhasil membuat para netizen  mengungkapkan keresahan hubungan yang dialaminya di sosial media. Bahkan salah  satu lagu milik Bernadya yang berjudul Lama-lama ternyata benar-benar terjadi di real life.

Beberapa waktu lalu muncul konten bertajuk “Let’s see how Lama-lama Bernadya in real life” yang berisikan  unggahan screenshot pesan dua orang yang sedang menjalin suatu hubungan. Unggahannya begitu variatif, ada yang pesannya tak kunjung dibalas, tiba-tiba diblock atau bahkan dibalas dengan singkat bernada cuek. Terlihat memang salah satu dari mereka belum bisa untuk mengerti bahwa kehidupan pasangan mereka bukan hanya dia. Memang sudah seharusnya seperti itu, tidak baik jika meletakkan seluruh kebahagian pada pasangan. Letakkan kebahagian pada keluarga, teman, hobi, dan lainnya juga.

Tak jarang beberapa dari mereka merasa diabaikan, tidak dianggap, tidak dilibatkan, dan merasa berjuang atau mempertahankan hubungan mereka sendirian. Saya pikir sebenarnya mereka sudah mengira bahwa hubungan mereka sudah berakhir. Tetapi mereka lebih memilih untuk bertahan hingga benar-benar lelah. Mereka cenderung denial dengan kondisi yang ada bahwa pasangan mereka sudah tidak ingin bersama lagi.

Netizen yang menonton konten itu dibuat geram. Komentar-komentar seperti “kak, jaman sekarang poop aja bawa hp”, “kayak ngomong sama tembok”, “run mbak”, dan lainnya sebagai ungkapan untuk menyadarkan bahwa pasangan mereka tidak benar-benar sibuk hingga tidak sempat membalas pesan. Mereka hanya sudah tidak mau lagi membalas pesan atau mungkin sedang menghadapi prioritas yang lain.

Lama-lama Bernadya in Real Life

Permasalahannya adalah alasan mereka tidak membalas pesan. Banyak dari mereka beralasan bahwa sedang sibuk sehingga tidak memiliki waktu untuk membalas pesan dari pasangan mereka. Tetapi berminggu-minggu bahkan bulan tampaknya harus dievaluasi kembali. Melihatnya saja membuat saya heran, geleng-geleng kepala. Memberi penjelasan alasan mereka tidak lagi membalas pesan bagi pasangan mereka terlihat sangat sulit. Alih-alih mencari solusi, mereka lebih memilih diam dan membiarkan pasangan mereka kebingungan hingga nanti bertemu pada titik lelah.

Di sisi lain, janganlah menjadi pasangan yang egois. Tentu, dalam menyikapi konten “Let’s see how Lama-lama Bernadya in real life” sebaiknya tidak spenuhnya menyalahkan dan menghakimi satu diantaranya. Sama halnya seperti istilah “If he want, he would. If she want, she would”. Jika ditelan mentah-mentah pernyataan itu tentu akan membuat kita merasa bodoh dan tidak berharga. Banyak kasus dimana salah satu dari pasangan memikirkan hal tersebut. Tidak salah, tapi kurang tepat. Banyak yang jauh lebih diperhatikan daripada kata “want” itu sendiri. Baiknya mencari alasan, kepentingan, prioritas, dan latar belakang sehingga kondisi tersebut bisa terjadi. Terdengar rumit, tapi inilah cara agar membuat kita tetap waras. Menuntut kejelasan sehingga tidak ada yang tertinggal dan merasa belum selesai. Mengerti kepentingan sehingga semuanya bisa dimaklumi dengan baik. Sekaligus menghargai orang lain sebagai seorang manusia yang memiliki perasaan.

 

Penulis : Dinda Surya Dahliana

Editor : Imam Gazi Al Farizi

Baca Juga : Ikut (Merayakan) Lebaran, Meskipun Saya Seorang Katolik

Dinda Dahliana

One response to “Dipaksa Galau Oleh Bernadya”

  1. […] Juga : Dipaksa Galau Oleh Bernadya dan kolom esai […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *