Surabaya 24 Jam: Sudahkah Ramah bagi Kaum Night Owl ?

Surabaya 24 Jam: Sudahkah Ramah bagi Kaum Night Owl ?

Surabaya, kota terbesar kedua di Indonesia, dikenal dengan gegap gempita kehidupan urban dan ambisi modernisasinya. Tapi muncul pertanyaan, apakah Surabaya benar-benar layak disebut sebagai kota 24 jam? Atau jangan-jangan, setelah pukul 10 malam, kota ini berubah menjadi kota mati ala film horor low budget?

Night Owl Surabaya yang Ditinggal Sendiri?

Bagi mereka yang otaknya baru jalan setelah matahari terbenam atau kaum night owl, Surabaya bisa jadi medan tempur yang cukup menantang. Coba bayangkan saja sudah tengah malam, perut keroncongan, tapi pilihan makanan cuma sebatas warung nasi goreng yang mangkal di pinggir jalan atau Indomie dari minimarket terdekat. Memangnya kita nggak bisa berharap lebih dari sekadar dua opsi itu?

Memang, Surabaya punya beberapa titik kuliner malam, seperti kawasan Pegirian dengan sotonya yang selalu ramai atau Warung Kopi di Jalan Raya Darmo yang masih terang benderang saat ayam belum berkokok. Tapi kalau dibandingkan Jakarta dengan banyak restoran dan kafe yang buka 24 jam, Surabaya masih seperti anak kosan yang uang bulanannya pas-pasan, masih jauh dari cukup.

Transportasi: Andalkan Diri Sendiri

Kalau di siang hari kita bisa mengandalkan Suroboyo Bus atau Trans Semanggi, di malam hari transportasi publik di Surabaya mendadak menghilang bagai mantan yang tiba-tiba ghosting. Ojek online memang masih tersedia, tapi tarifnya bisa bikin kantong jebol, terutama kalau rumahmu di ujung galaksi alias daerah pinggiran.

Bandingkan dengan kota-kota lain yang sudah punya sistem transportasi malam yang terjadwal. Beberapa kota besar di luar negeri, bahkan Jakarta dengan layanan MRT dan Transjakarta yang masih beroperasi hingga larut malam, setidaknya menawarkan solusi bagi mereka yang harus beraktivitas hingga dini hari. Di Surabaya? Siapkan tenaga buat jalan kaki atau pasrah bayar mahal untuk ngojek dadakan.

Hiburan Malam di Surabaya? Ada, Tapi…

Kalau tujuanmu mencari hiburan malam, Surabaya tidak sepenuhnya mengecewakan. Ada beberapa rooftop bar dan club yang tetap ramai sampai subuh. Tapi sayangnya, pilihan hiburan malam di kota ini masih terbatas. Bioskop misalnya, belum ada yang buka 24 jam. Bayangkan kalau ada bioskop midnight, marathon buat nonton semua film Marvel sekaligus, pasti seru!

Yang lebih bikin ngelus dada adalah taman kota yang harusnya bisa jadi tempat nongkrong santai malah ditutup lebih cepat. Alun-Alun Surabaya yang estetik itu misalnya, sudah tutup di jam yang bisa dibilang “baru mulai seru” bagi kaum night owl. Padahal, kalau dikelola lebih fleksibel dengan sistem keamanan yang memadai, taman-taman kota bisa jadi spot favorit buat nongkrong sehat tanpa perlu masuk ke area hiburan berbayar.

Sebenarnya, ada potensi besar untuk menjadikan Surabaya sebagai kota yang benar-benar hidup 24 jam. Tapi ya, harus ada dukungan nyata dari berbagai sektor, terutama pemerintah kota dan para pelaku usaha. Misalnya, perlu lebih banyak restoran dan kafe yang buka hingga dini hari, serta fasilitas umum yang tetap bisa diakses tanpa khawatir kena razia mendadak.

Jadi, Sudah 24 Jam atau Belum?

Surabaya memang terus berkembang, tapi kalau bicara soal kota 24 jam, jawabannya masih setengah-setengah. Ada beberapa sektor yang sudah mulai mengarah ke sana, seperti kuliner dan hiburan malam, tapi akses transportasi dan fasilitas umum masih jauh dari ideal.

Kalau Surabaya benar-benar ingin menyandang gelar kota 24 jam, perlu kebijakan yang mendukung, seperti transportasi malam yang lebih terjadwal, lebih banyak pilihan kuliner dan hiburan, serta ruang publik yang tetap bisa diakses hingga larut malam tanpa takut kena razia Satpol PP.

Jadi, bagi para night owl, Surabaya saat ini masih seperti gebetan PHP, kadang bikin senang, tapi sering juga bikin kecewa. Apakah ke depannya kota ini bisa benar-benar jadi kota 24 jam? Mari kita tunggu sambil menikmati nasi goreng gerobakan di pinggir jalan. Setidaknya, yang satu itu pasti ada.

 

Penulis : Surya Ganda Syah Putra

Editor : Imam Gazi Al Farizi

 

Baca Juga : Menelusuri Jejak Komunitas Tionghoa di Pasar Atom Surabaya

Surya Ganda Syah Putra

One response to “Surabaya 24 Jam: Sudahkah Ramah bagi Kaum Night Owl ?”

  1. […] Surabaya 24 Jam: Sudahkah Ramah bagi Kaum Night Owl ? […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *