Pelajaran Mengarang Nasib dan Puisi Lainnya Karya Meilisa Dwi Ervinda

Pelajaran Mengarang Nasib dan Puisi Lainnya Karya Meilisa Dwi Ervinda

PELAJARAN MENGARANG NASIB

oleh Meilisa Dwi Ervinda

Aku enggan mengarang cerpen sebab hidup yang kucicipi sudah penuh saus dosa. Diaduk-aduk takdir dan sesekali ditaburi cuitan tetangga. Sisa kataku habis dimakan detik bak tiada guna sepiring nasi pagi ke pagi selama ini. Mengharapkanmu sama dengan mencongkel mata sendiri tuk campuran sup sore hari. nikmat nan sekejap.

 

Aku tidak bisa menulis puisi lagi, mantra-mantra bodoh yang kau jejalkan lewat panggilan telepon menjelang tidur itu, bak pil pahit yang mengayomi. sekali lenyap, nyawa pun turut mengikuti. sepercik, melesat, menjalar, ah sial.

 

Pelajaran mengarang nasib kali ini, syukurlah diwakilkan ramalan berita tv. sah-sah saja cuaca cerah mendadak kelabu. campur aduk dalam satu album biru, toh menggantung perasaanmu sebenarnya instrumental seru seperti just for you, but I hope you choke on your own lies. sesimpel itu, namun kau perumit dengan segudang dusta dari hari ke hari.

 

cukup, tak ada pelajaran mengarang lagi. Aku ingin tidur di pemberhentian terakhir sebelum sang pencabut datang, sambil membayangkan puisi dan cerpenku menghantui malammu, sama halnya kepalaku yang riuh akan kebohonganmu.

 

Gresik,  Februari 2025

 

BERTARUH TAKDIR DENGAN TUHAN

oleh Meilisa Dwi Ervinda

 

Bu, tali sepatuku lepas, decit kursi juga kerap terdengar, tak ada yang bersedia mengikatnya untukku.

 

Rintik itu menjelma badai, piring dan sisa sendok besi terdampar di tanah, dalam sangkarnya burung pun meringkuk manja seolah tak ingin menambah parau pagi itu.

Ah, matahari bahkan memilih bersembunyi di ketiak awan. Hujan malah datang lebih deras di pelupuk matamu. Tersisa deru napas panjang dan beling kaca pecah. selalu seperti itu.

 

Angin tidak mendengar ceritaku, sekalipun ku berteriak di gentong tanah, berharap ibu peri menghampiri dari balik dongeng yang kau sodorkan. Ia hanya berdesis membawa daun gugur lantas bersenandung, mengejek kursi tempatku bersemayam. lagi dan lagi.

 

Padahal aku hanya ingin makan bihun dan telur rebus pasca mencetak gol menjelang petang. Sembari menculik rembulan dan menyuapinya dengan kisah kasih, sesekali memergoki burung hantu yang mengintip. mustahil.

 

Bu, berhentilah bertaruh takdir dengan tuhan, puisi-puisi dan poin di ambang langit menjadi denyut tak bebas, ramalan-ramalan bintang juga pertarungan semu. Dunia  mengarang takdir ibarat krayon warna warni yang bisa dicoret sesuka hati.

 

dan aku memilih lelap, berharap esok nanti kakiku kembali meski hanya dalam mimpi.

Gresik,  Februari 2025

 

KUTUKAN DIRI 

Oleh Meilisa Dwi Ervinda

1/

Tubuh menjelma karung-karung beku yang teronggok di seberang jalan, membungkam air  berlebih, cacat memeluk nasib kesemuan, membual pada puisi-puisi kematian, dan membatu menyaksikan merah-putih setengah tiang, sedang kau meniup doa-doa kehilangan atas apa yang kauperbuat.

 

2/

Tangan-tangan menggelitik di papan ketik sambil mencampur riuhnya pikir dan harap pada satu gelas, sedang kaki sibuk menendang kecil, bosan menyimak kapan waktu istirahat datang. Kau meneriaki malam seakan esok adalah lubang kejahanaman, berbaris serempak, menunggu kesenyapan, lantas apa engkau siap menjamuku nanti malam?

 

3/

Kita adalah pendusta dengan mata-mata yang terperanjat, enggan mengakui pergumulan cinta pada sepiring nasi dan remahan garam kehidupan. meringkus jejak-jejak yang merdeka pada tubuh mati. Sejak itu, aku mengutus diri tuk mencintai berselimutkan sepi.

 

Lamongan,  Juli 2022

 

Baca Juga : Mendengar Cigarettes After Sex dan Puisi Lainnya Karya Moch Aldy MA

 

Meilisa Dwi Ervinda

One response to “Pelajaran Mengarang Nasib dan Puisi Lainnya Karya Meilisa Dwi Ervinda”

  1. […] Baca Juga : Pelajaran Mengarang Nasib dan Puisi Lainnya Karya Meilisa Dwi Ervinda […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *