Yang Ada di Saku Celana Bapak
Hujan turun dari saku celana bapak
Tetesnya menggenang di kursi merah,
Meraba arah
Ibu mengambil jarum
Dijahitlah saku celana bapak
Namun, bapak menolak
Geli katanya
Ibu bersikeras,
Bapak tetap dalam pendirian
Sedang gerimis masih tinggal dalam saku celana itu
“Lihatlah kedua putri kecil kita”
“Mereka bisa tahu”
“Bukan uang yang kita simpan di balik saku”
Sekotak Rokok, Secangkir Kopi
Angin bertiup, rokok bapak padam
Kopi bapak dingin
Pagi datang, lelah belum hilang
Raga harus kembali dari kelam
Bapak sapa satu dua butir tasbih
Sebelum menjemput rokok dan kopi setiap pagi
Bapak ajak kami bercanda,
Layaknya angin yang tak punya beban apa-apa
Kopi hitam diseduh,
Hati teduh
Seutas rokok dinyalakan
Sejenak ambisi dipadamkan
Aku tak melihat asap dari rokok bapak
Menguap
Hilang di antara nikotin dan kafein
Toko Kain
Mataku silau oleh banyak warna
Matamu bahagia memilih berbagai warna
Di kamusku hanya ada hitam putih
Ibu tak mengenal kamus
Kain terbentang, di antara hujan
Yang tumpang tindih rintiknya
Dipotong sesuai ukuran
Dibayar seharga kepercayaan
Wajah senja adalah primadona
Muncul dari benang-benang yang tersulam
Wajah hujan adalah wajah ibu
Yang diam-diam menangis di toko kain itu
Leave a Reply