Petik Sial
Isaac Newton memang cerdas. Buktinya, ia memilih berleha di bawah pohon apel, bukan durian—barangkali juga karena ia tak kenal Raju dan sapinya. Tetapi, apakah Newton punya cita-cita, sedang Raju tidak? Tahukah mereka tiap embusan mungkin pula tarikan pungkasan? Kegagahan macam apa yang meredam sirine itu? Para jagal bersiap mengasah golok dan mencuci baju dinasnya. Dan kita masih asyik bertanya: apakah mereka berkalung gada atau raket nyamuk? Atau memanggul goni seperti di cerita-cerita Budi Darma?
(2023)
Bidari
Dua mata pisau terbelah
tersentak
serentak
tak kuasa merana aliri
lava dan suaka
gunung-gunung terbang melintas pelangi
bidari berduyun kembali
bermandi delusi, berhanduk elegi.
(2022)
Begadang van Nasgor
Saya benci begadang, tapi tidak pandai mengantuk
Pak Sopir, tolong banyakin Bukowski-nya dong!
Saya sedang risau
benar-benar risau
tetapi, tangisan bukan mata uang
“Dan seporsi nasgor akan membuatmu kenyang dan diam.”
Amin!
(2022)
Tamat
Kalimat tak lagi keramat
sebab para pandir
saling melempar tomat
ketika para gorila sibuk
menepuk-nepuk dada
dan bokong-bokong empuk penguasa.
(2023)
Terlanjur Singa
Kita terlanjur singa
tiada mulia tanpa memangsa
Hey, apakah auman masih mempan?
Ah, tanyakan saja pada kancil yang bergoyang!
Para buaya kursus menjilat ke Tuan Anjing.
Astaga! Lihat! Nyonya Jerapah keseleo!
Suruh monyet-monyet memijatinya! Cepat!
Lalu, kaum zebra berderap naik podium
pesta-pesta digalakkan
berkat kemolekan, berkat ketololan
warga hutan berduyun berdendang.
(2023)
Leave a Reply