Kenapa Aku Terus Terpaku dan Puisi Lainnya Karya Windy Sherin

Kenapa Aku Terus Terpaku dan Puisi Lainnya Karya Windy Sherin

Kenapa aku terus terpaku

aku menatap ke atas sana

di langit

tempat matahari tersematkan

jangan dikira sedang mencari tuhan

atau istri yang tak kunjung datang;

itu mah cuma bualan iwan simatupang.

dasar orang gila!

 

silau. perih.

mataku berair.

ini adalah cara alam mengatakan,

“sudahlah, jangan sok keras kau.”

 

tapi kan

biar sakit.

biar tahu.

 

timbullah rasa jengkel,

tentang kenapa aku terus terpaku

pada yang paling biasa.

 

terbit. terbenam.

sudah berapa juta kali

masih saja sok misterius.

 

(Jambi, 2025)

 

yang bertahan dan bosan

segala yang hidup

tak benar-benar ingin hidup:

matahari muncul hanya karena waktu terbitnya telah tiba

burung terbang sebab langit yang cerah tidak selalu penuh

dan aku masih di sini

karena mati butuh banyak tenaga.

 

aku pun menulis,

bukan untuk dibaca

tapi karena diamku

terlalu membuat keributan di kepala.

 

mungkin nanti malam

bulan juga bosan bersinar.

dan kita

akhirnya sepakat,

bahwa berharap

adalah pekerjaan yang melelahkan

dan tak digaji.

 

(Jambi, 2025)

 

Harapan seperti kupu-kupu

harapan, seperti kupu-kupu

rapuh, tapi terlalu percaya pada angin.

Sayapnya satu-satu dicabut

oleh jari-jari nakal

yang tak tahu arti lembut.

 

kau menatapnya,

tak sempat berkata,

saat ia jatuh

dan diinjak begitu saja

oleh sepatu yang tak tahu arah.

 

di tanah,

ia bukan lagi makhluk terbang,

hanya noda

yang pelan-pelan hilang,

bersama mimpi

yang tak sempat jadi terang.

 

(Jambi, 2025)

 

Baca Juga : Hujan Tidak Selalu di Bulan Juni dan Puisi Lainnya Karya Lalu Ahmad Albani atau kolom puisi lainnya

Sherin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *