Sepasang Mata yang Digelari Berkat dan Puisi Lainnya Karya Rikard Diku

Sepasang Mata yang Digelari Berkat dan Puisi Lainnya Karya Rikard Diku

Sepasang Mata yang Digelari Berkat

1.

Matanya adalah lautan tenang dekat sini yang mungkin menyembunyikan badai

amuk deburnya menyisakan debar yang ia coba mainkan dengan irama gitar

suatu hari kau tenggelam disana, mata itu kunci pada ingatan-ingatan yang ingin membuka

pintu-pintu rindu.

Ia perempuan yang ingin mencintai dengan merdeka mesti iapernah terpenjara dalam hati seseorang yang datang membawa canda dan airmata, candu dan empedu.

2.

Ia dan seorang laki-laki di masa lalu pernah saling jatuh mencintai

pernah menyusuri rahasia-rahasia paling purba. Ia mencintai kuas yang tak kuasa

menahan tangannya melukis satu luka yang masih menganga. Ia mencintai  warna

dan ingin mewarnai kisah-kisah horor yang tiba di tubuh laki-laki atau lahir dari

patahan-patahan hatinya sendiri. Ia menyukai keajaiban dan ingin suatu hari

tinggal di Edensor daerah Derbyshire setelah membaca petualangan tokoh-tokoh

dalam sebuah cerita. Ia percaya pada mimpi dan teka-teki dan ingin lepas bebas

dari apa saja, kecuali doa-doa yang tumbuh dari matanya sendiri.

Ia perempuan yang suka bercerita dengan melontarkan pertanyaan demi pertanyaan

sorot matanya sarat akan umpama-umapama. Saya tangkap sebagai rahasia, sebagai berkat.

3.

Ia ingin seperti merpati. Putih dan merdeka yang hinggap di dada

seorang laki-laki juga pada pohon-pohon yang memohon menjatuhkan banyak henyak

daun-daun juga udara ke ujung hidung yang kadang diserang malarindu

pernah, kau menghitung tahi lalat yang nampak pada tubuhnya, ia bilang masih

banyak di bagian-bagian lain. Ia suka memotret manusia juga serangga dan berusaha

menyelami kepala mereka dengan pertanyaan, semisal apakah mereka bahagia, apakah arti

senyum itu, apakah dia baik-baik saja? Apakah luka kemarin masih basah? atau apakah dia sudah lupa cara melupakan?

4.

Seperti pada suatu hari, kita berhaha hihi sampai pagi tanpa bertanya

kenapa bisa begini? apa kabar mata, apa kabar hati?

ia sering bilang, hidup kadang adalah benang-benang kusut, entah pada bagian mana akan terurai oleh apa dan siapa hanya sepi paling piatu yang tahu

bukankah begitu?

(2025)

Melihat Hujan dari Jendela


hujan di bulan Mei lebat

jatuh banyak kenangan dan kita

hanya punya satu payung: rindu

beberapa orang menangisi kehilangan

mereka terlalu manis untuk dikenang secepat itu

kita ditakdirkan untuk memilah dan memilih: melepaskan

kedua lengan paling peluk atau memeluk bayangan paling empuk

atau merawat segala yang tersisa

yang sia-sia

setiap kali hujan lebat

jatuh banyak semoga-semoga dan aku

hanya punya satu rindu: kamu

(2025)

Lelaki Sunyi

 

Aku melapangkan dada

Untuk kau pergi. jauh.

Setelah melepas sauh

Kemana saja kau berlayar. silahkan.

Di pelabuhan mana hatimu bersandar

Aku tak akan bertanya: mengapa?

Lelaki yang mencintai sunyi itu

Masih disini

Menyemai bulir-bulir sepi

Usaha menghapus bilur-bilur masa lalu

Agar berbuah ranum puisi suatu waktu

Disini aku masih puing-puing kapal karam

Ingin bersandar di dadamu yang dermaga

(2025)

Ketika Ulang Tahun

Apa yang ingin kau tulis di hari ulang tahunmu?

Dari laptop tua kau mendengar

Mother how are you today’

Kau mengatup mata dan membenamkan rindu

ibu yang pergi tanpa aba-aba meninggalkan

perjalananmu yang masih abu-abu

di pojok kamar dekat arca Bunda

ada sebatang lilin yang masih utuh

sekali lagi kau memejamkan mata

doa-doa mengalir dan tumpah di mata

tiba-tiba kau ingat mama. Rindu.

Sunyi merayap pelan-pelan

Seperti kerumunan rayap yang melubangi lemari tua

Tahun-tahun datang dan pergi

Tuhan menenun benang-benang kisah

Me-jiku-hi-bi-ni-u seperti warna pelangi, seperti warna diri

Pukul 00;00 seekor kupu-kupu berwarna putih

Hinggap di daun pintu begitu patuh

Dari laptop kau masih mendengar

Mother how are you today’

Mama, kau kah itu yang hinggap di mataku?

(2025)

 

Baca Juga : Buruh Tani Berjalan Mundur dan Puisi Lainnya Karya Dodik Suprayogi atau Kolom Puisi lainnya

Rikard Diku Avatar

One response to “Sepasang Mata yang Digelari Berkat dan Puisi Lainnya Karya Rikard Diku”

  1. […] Juga: Sepasang Mata yang Digelari Berkat dan Puisi Lainnya Karya Rikard Diku atau kolom puisi […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *