Menelusuri Sanggar Penerangan Surabaya, Medium Diskusi Teosofi Lintas Agama

Menelusuri Sanggar Penerangan Surabaya, Medium Diskusi Teosofi Lintas Agama

Surabaya dikenal sebagai salah satu kota metropolitan yang sarat keberagaman budaya-agama. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya sewujud bangunan bernama Sanggar Penerangan yang sudah ada sejak era kolonial Belanda dan sampai saat ini masih aktif digunakan sebagai ruang diskusi lintas agama. 

Sanggar Penerangan Surabaya terletak di Jl. Serayu Nomor 11. Bangunan tersebut masih satu lokasi dengan Gereja Katolik Bebas St. Bonifacius yang keduanya memiliki keterhubungan mengenai perkembangan ilmu ketuhanan di Jawa Timur. Sekitar 200 meter tidak jauh dari situ, terdapat spot ikonik area RTH (Ruang Terbuka Hijau) Taman Bungkul. Jadi, tidak sukar bagi masyarakat untuk mencari ancer-ancer jika ingin berkunjung ke sana.

Denah Sanggar Penerangan bisa dikatakan cukup luas. Di depannya, terdapat halaman ber-paving yang biasa digunakan sebagai tempat parkir para anggota atau pengunjung apabila ada agenda pertemuan atau ekshibisi yang digelar saban hari Minggu pukul 10.00 selepas misa. Pada samping sanggar, ada beberapa bangunan kecil yang masih bertahap dilakukan renovasi untuk menjadi kamar-kamar pengurus Gereja St. Bonifacius.

Salah satu hal yang tidak kalah menarik dan penuh historis ialah batu asli pondasi pertama Sanggar Penerangan. Batu tersebut berada di belakang sanggar dan bisa diakses melalui jalan setapak di depan deretan kamar pengurus gereja. Di permukaan batu, tertulis “Leadbeater” yang merupakan tokoh penginspirasi lengkap disertai dengan catatan tanggal berdirinya sanggar, yakni 3 Agustus 1929. Itu berarti, Sanggar Penerangan telah ‘bertugas’ selama 96 tahun dan masih terus beroperasional.

Spirit Heterogenitas dalam Dinamika Zaman

Bangunan Sanggar Penerangan Surabaya sudah berdiri hampir satu abad. Dalam kurun waktu yang tidak sebentar, sanggar tersebut telah mampu menumbuhkan semangat menjalin kerukunan. Apalagi, antaranggotanya yang mayoritas berasal dari beragam keyakinan. Tujuan dibentuknya kelembagaan di dalam sanggar untuk memproyeksikan keimanan manusia yang tidak terbatas hanya sebagai produk dari kerangka sosial semata.

Adapun salah satu anggota Sanggar Penerangan yang saat itu ditemui, Gunarya (67), mengemukakan bahwa tempat tersebut selalu terbuka bagi seluruh kalangan. Menurutnya, kaidah pengetahuan semua manusia terhadap tuhan selalu sama meski selalu bersifat separation. Tidak jarang, partisipan yang menghadiri diskusi lintas agama adalah para pemuka agama non-Kristiani yang bertempat asal dari pelbagai kota di Jawa Timur, seperti Malang, Lamongan, Kediri, hingga Situbondo.

Gereja Katolik Bebas St. Bonifacius

Pak Gun (sapaan akrab Gunarya) juga menjelaskan “kebebasan” yang dianut oleh Gereja St. Bonifacius. Beliau memaparkan bahwa segenap pengurus gereja condong berarus pada ‘kutub’ liberal. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya transparansi yang ditawarkan oleh Gereja Katolik Bebas yang bisa diakses oleh seluruh umat beragama. Perbedaan itu cukup mencolok dibandingkan dengan Gereja Katolik Roma -kebanyakan di Indonesia- yang hanya bisa dimasuki bagi umat Kristen dan/atau Katolik saja.

Sanggar Penerangan Surabaya (Nyangkem.id/Bayu)
Sanggar Penerangan Surabaya (Nyangkem.id/Bayu)

“Pernah waktu itu ada perempuan Islam, berkerudung hitam, pakaian hitam, menangis-nangis izin ke saya untuk berdoa di sini (gereja), saya perbolehkan dan saya bebaskan mau berdoa seperti gimana,” tukas Gunarya.

Kejadian semacam itu sudah menjadi fenomena biasa yang ditemui oleh warga pengurus gereja. Mereka mempercayai bahwa dogma keagamaan masyarakat selalu berada pada level yang sama. Itulah visi utama masih dirutinkannya diskusi tukar pikiran seputar sains ketuhanan di Sanggar Penerangan sebagai epistem utama dari pokok pikiran Gereja Katolik Bebas St. Bonifacius.

Mengelola Usaha All You Can Eat

Setiap sore, halaman depan Sanggar Penerangan Surabaya dimanfaatkan sebagai usaha FnB sederhana all you can eat. Kedai tersebut bernama Kizuna All You Can Eat yang beroperasional dari hari Senin – Minggu (apabila tidak ada kegiatan keagamaan yang urgent) mulai pukul 16.00 hingga 22.00. Seluruh pegawai tempat makan tersebut ialah pengurus-pengurus Gereja St. Bonifacius yang bertempat tinggal di kamar-kamar (dijelaskan pada bagian sebelumnya). 

Harga menu makanan serta minuman di sana cukup terjangkau. Dengan kisaran harga 60 ribu rupiah, sudah mendapatkan paket all you can eat dengan isian daging, sushi, dimsum, serta minum varian es teh, bahkan semangkuk ramen. Adapun syarat durasi makan selama 1 jam dan akan dikenakan charge apabila melewati batas tersebut atau terdapat makanan yang tersisa. Seluruh menu telah dijamin kehalalan serta kebersihannya.

Penulis: Bayu Putih Ariyanto Putra
Editor: Muhammad Ridhoi

BACA JUGA:

Bayu Putih Ariyanto Putra

One response to “Menelusuri Sanggar Penerangan Surabaya, Medium Diskusi Teosofi Lintas Agama”

  1. […] BACA JUGA: Menelusuri Sanggar Penerangan Surabaya, Medium Diskusi Teosofi Lintas Agama […]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *