Militan Burung Dara Milik Tetangga dan Puisi Lainnya Karya Cahaya Daffa Fuadzen

Ilustrasi Burung Dara (pinterest.com)

Militan Burung Dara Milik Tetangga

Aku sibuk menyeduh

secangkir alegori,

begitu juga cuaca menyambut

sebuah firasat muram

macam menengok api neraka.

Gema geruduk langkah kaki

militan burung dara milik tetangga

mendarat tepat di atap rumahku,

persis buruh merayap rusuh

ke atap kereta ekonomi.

 

Bagai mengunyah roti tawar pucat basi,

mereka tampak terjangkit sampar.

Tak kuasa menampung rasa lapar

dari sang majikan yang seringkali

suguhkan abad kekosongan.

Tak sanggup ingin meletup

hingga ujung kutub utara

ketika mencium molekul ikan tuna

di pojok beranda rumahku.

 

Aku menyaksikan semuanya

dari balik jendela:

bagaikan revolusi Old Major

lantangkan propaganda

di Pekarangan Manor.

Sekelebat melahap

semangkuk whiskas,

membuang lendir putih

membabibuta di sekitar teras,

serupa para titan

terobos Tembok Maria

memangsa Bangsa Eldia

menyisakan hamparan

bangkai manusia.

 

Sementara kucingku

hendak balik badan,

meratap nasib, kian raib.

Perihal sarapan miliknya

kini dijarah,

serupa domba kelas pekerja

memungut tumpukan

sembako tumpah

di tepi jalan

tanpa rasa bersalah.

2025

 

Udara Segar Menjelang Subuh

Aku tak sengaja menghirup

udara segar menjelang subuh,

serupa harum cairan porstex

membasmi lekat lumut

di keramik bak mandi.

 

“Mengapa udara begitu segar menjelang subuh?”

“Sebab, udara belum terkontaminasi oleh nafas

orang munafik yang menolak bangun subuh.”

Tuhan menjawab dengan nada terkekeh.

 

Seketika aku merasakan sesuatu:

serupa kilat panggilan alam,

dadaku terketuk lekas pergi

menuju sidang di atas gelar sajadah.

2025

 

Puan Larung di Banyu Menua

Di kawasan keruh banyu

kian belajar menua,

Ia bersaksi tak kuasa

menyaksikan kedatangan

puan penuh lebam

larung berpangku pada malam

serupa bunyi patah

dari dahan pohon

sebab disantap oleh sang usia.

 

Dinyatakan lenyap

dari ucap lidah bunda

ketika lelah berjalan

mencari sebuah nama

seumpama kabarduka

tentang wafat

jemaat lansia

disiarkan dari megafon

suraumu.

 

Saat itu pula ketika banyu keruh

mulai menua, Ia senantiasa

ingin menjemput tubuh puan

penuh bekas raba

untuk tinggal bersamanya

—selamanya,

serupa biarawati menyambut

perjumpaan anak ketika

lupa jalan pulang

untuk rebah dan bermukim

di rumah panti.

 

Begitulah kisah ini ditayangkan

terpaut dalam layar breaking news

dan tercatat dalam memori nelayan

yang enggan mengaku

menjadi musang birahi

ketika bersuara bila dirinya

menolak menyentuh lagipula

menjajalnya.

 

2025

 

Baca Juga: Di Luar Juni dan Puisi Lainnya Karya Jasmine Noor atau kolom puisi lainnya

Cahaya Daffa Fuadzen

Cahaya Daffa Fuadzen

Cahaya Daffa Fuadzen merupakan mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Mulawarman. Aktif bergiat di Komune TerAksara Indonesia. Beberapa karyanya telah dimuat di berbagai media daring dan media cetak serta dibukukan dalam antologi bersama. Saat ini, ia tengah menyusun manuskrip puisi tunggal pertamanya. Dapat disapa melalui Instagram: @cahayadaffa_

One thought on “Militan Burung Dara Milik Tetangga dan Puisi Lainnya Karya Cahaya Daffa Fuadzen

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *